Makalah tentang Fatimah Az-Zahra dan Uwais al-Qarni

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kisah Fatimah Az-Zahra dan Kisah Uwais Al-Qarni” dalam rangka memenuhi tugas Aqidah Akhlak ini.

Makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Ibu Idawati, S.Ag, MM. selaku guru pembimbing mata pelajaran Aqidah Akhlak.
   
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah tentang Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.


Jakarta, November 2017

Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman jahiliyah banyak perempuan dipandang rendah layaknya hewan. Pada saat itu perempuan seperti harta benda atau bagian dari kekayaan laki-laki. Bangsa Arab jahiliyah pada saat itu menganggap perempuan sebagai aib oleh karena itu mereka menguburkan setiap anak perempuan baik yang baru lahir maupun anak-anak perempuan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Selain itu, para remaja maupun perempuan dewasa dijadikan budak, diperjual belikan demi kepentingan materi dan syahwat laki-laki. Keadaan tersebut membuat Rasulullah Muhammad SAW bertindak, sehingga status dan derajat kaum perempuan sama halnya seperti laki-laki. Sampai pada akhirnya muncullah sosok perempuan yang tangguh, seperti Siti Khadijah, Siti Aisyah, Fatimah Az-Zahra, dan yang lainnya.
Dalam makalah ini penyusun akan membahas sosok perempuan yang menjadi salah satu tokoh perempuan yang sangat berpengaruh bagi Islam yakni Fatimah Az-Zahra. Selain itu, makalah ini juga akan membahas tentang sosok pemuda pada zaman Rasulullah saw. dari negeri Yaman yang tinggal bersama ibunya yang tuna netra. Pemuda ini adalah orang yang fakir dan sangat miskin. Tetapi ia terkenal sebagai anak yang sangat taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Pemuda itu bernama Uwais Al-Qarni.

B. Rumusan Masalah
1.      Siapa Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni?
2.      Apa keistimewaan dari kedua tokoh Islam tersebut?
3.      Apa ibrah yang dapat di ambil dari keistimewaan kedua tokoh tersebut?

C. Tujuan
1.      Mengetahui siapa Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni secara mendalam
2.      Mengetahui dan memahami keistimewaan dari Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni
3.      Mengambil ibrah dari keistimewaan Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni
4.      Meneladani sikap Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN

1. FATIMAH AZ-ZAHRA
a)      Biografi Fatimah Az-Zahra
Siti Fatimah binti Muhammad lahir pada 20 Jumadi al-Tsani yang merupakan putri keempat Nabi Muhammad dan ibunya Khadijah binti Khuwalid. Kelahirannya disambut sangat gembira oleh Rasulullah karena dia lahir pada saat tahun ke lima sebelum diangkat menjadi Rasul.
Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Siti Fathimah merupakan yang paling utama kedudukannya. Kemuliaannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaimana yang diucapkan oleh Siti Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fartimah, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah mengkhianati mereka dengan mendukung Muhammad SAW. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dari mereka menyapaku: "Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa; Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah lahir."
Saat Siti Fatimah r.a menginjak usia 5 tahun, Ibunya wafat. Sehingga beliau mengantikan posisi ibunya dalam melayani, membantu dan membela Rasulullah SAW., sehingga beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang masih kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan pada berbagai macam ujian. Beliau melihat dan meyaksikan perlakuan keji kaum kafir Qurays kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata karena melihat penderitaan yang dialami ayahnya.
Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah, Siti Fatimah r.a ikut berhijrah bersama ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah tepatnya pada hari Jum’at, 1 dzulhijjah tahun 2 Hijriah, Siti Fatimah r.a menikah dengan Ali bin Abi Thalib.
Dari pernikahannya, Siti Fatimah r.a dan Ali bin Abi Thalib dikaruniai dua orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan pemurah hati.
Siti Fathimah r.a bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi juga seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala keadaan serta sebagai pendidik terbaik karena telah berhasil mendidik anak-anaknya.
Masa-masa indah bagi Siti Fatimah r.a adalah ketika hidup bersama Rasulullah s.a.w. Siti Fatimah r.a mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan seperti berikut, Siti Aisyah berkata: "Aku tidak melihat orang yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah s.a.w seperti Siti Fatimah ra. Apabila datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut gembira lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah s.a.w datang kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan Rasulullah s.a.w".
Tidak heran, jika setelah wafatnya baginda Rasulullah SAW., Siti Fatimah r.a sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata karena kehilangan Rasulullah SAW., tapi juga karena Siti Fatimah r.a melihat kelakukan umat yang banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.
Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra r.a setelah wafatnya Rasulullah SAW., beliau tidak pernah terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan. Kehidupan Siti Fathimah r.a, wanita agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan lembut.
Siti Fathimah r.a hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijrah wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia yag relatif muda yaitu 18 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as yang isinya:

1)Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.
2)Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
3)Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.

b)     Keistimewaan Fatimah Az-Zahra

1.      Sayidah Fatimah dinikahkan dengan Sayidina Ali bin Abi Thalib berdasarkan wahyu. Diriwayatkan dari Sayidina Ali Bin Abi Thalib, Rasulullah SAW. bersabda:

 أتاني ملك فقال: يا محمد إن الله تعالى يقرأ عليك السلام ويقول لك: إني قد زوجت ابنتك فاطمة من علي بن أبي طالب في الملأ الأعلى فزوجها منه في الأرض

Artinya: Malaikat Jibril datang kepadaku dan berkata: "Ya Muhammad! Sesungguhnya Allah mengucapkan salam kepadamu, dan Dia berfirman kepadamu: 'Sesungguhnya Aku telah menikahkan putrimu, Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib dihadapan para malaikat, Maka nikahkanlah Fatimah dengan Ali di bumi!". 
2.      Sayidah Fatimah tidak pernah haid dan pada saat melahirkan nifasnya hanya sebentar. Maka dari itu beliau mendapat gelar Az-Zahra. Dalam kitab fataawa adz-Dzahiriyyah di kalangan Hanafiyyah disebutkan bahwa:
"Sesungguhnya Fatimah tidak pernah mengalami haid sama sekali, saat beliau melahirkan pun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat agar tiada terlewatkan salat baginya, karenanya beliau diberi julukan Az-Zahra".
3.      Sayyidina Ali dilarang menikahi wanita lain, sementara sayidah Fatimah belum diceraikan atau masih hidup. Rasulullah SAW. bersabda:

 إن بني هشام بن المغيرة استأذنوني في أن ينكحوا ابنتهم علي بن أبي طالب، فلا آذن، ثم لا آذن، ثم لا آذن، إلا أن يحب علي أن يطلق ابنتي وينكح ابنتهم

"Sesungguhnya Bani Hisyam bin Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan anak-anak perempuan mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Maka aku tidak memberi izin, kemudian tidak memberi izin dan tidak memberi izin, kecuali Ali menceraikan putriku dan menikahi mereka"

4.      Sayidah Fatimah adalah potongan daging Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:

إنما فاطمة بضعة مني يريبني ما رابها ويؤذيني ما آذاها

"Sesungguhnya Fatimah adalah potongan dagingku. Apa yang membuatnya gelisah membuatku gelisah pula, dan apa yang membuatnya sakit, juga membuatku sakit".

5.      Sayyidah Fatimah adalah anggota keluarga yang paling dulu bertemu Rasulullah SAW.

عن السيدة عائشة أن النبي سارها فسألتها عائشة فقالت: إنه كان حدثني أن جبريل كان يعارضه بالقرآن كل عام مرة وإنه عارضه به في العام مرتين ولا أراني إلا حضر أجلي وإنك أول أهلي لحوقا بي

"Diriwayatkan dari sayidah Aisyah bahwa Rasulullah berbisik kepada Fatimah. Lalu Aisyah bertanya. Kemudia Fatimah menjawab: Rasulullah bercerita kepadaku bahwa malaikat Jibril menyimak al-Quran yang dibacakan Rasulullah setiap tahun sekali. Dan sesungguhnya Malaikat Jibril menyimak bacaan al-Quran dalam satu tahun dua kali. Aku (Rasulullah) tidak dperlihatkan (hal itu), kecuali akan datang ajalku. Dan sesungguhnya kami adalah keluargaku yang paling dulu bertemu denganku". (HR. Muslim)

6.      Sayidah Fatimah adalah majikan para wanita dunia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 يَا فَاطِمَةُ أَلاَ تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُونِى سَيِّدَةَ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ 

"Adakah kamu tidak rela jika engkau menjadi majikan wanita-wanita mukmin".

7.      Diharamkannya anak cucu Sayyidah Fatimah dari api neraka. Al-Hakim meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Mas'ud: 

إن فاطمة أحصنت فرجها فحرم الله ذريتها على النار.

"Sesungguhnya Fatimah telah menjaga farjinya. Maka Allah mengharamkan anak-cucunya dari api neraka".

8.      Sayyidah Fatimah adalah sebaik-baik wanita ahli surga. An-Nasa'i meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas:

 أفضل نساء أهل الجنة خديجة بنت خويلد وفاطمة بنت محمد صلى الله عليه و سلم ومريم بنت عمران وآسية بنت مزاحم امرأة فرعون .

“Seutama-utama perempuan ahli surga adalah : Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Mazahim, isteri Firaun. “

c)      Ibrah yang dapat di ambil dari Fatimah Az-Zahra
Kita sebagai umat Muslim,terutama muslimah,ada baiknya untuk meneladani Fatimah Az-Zahra. Ibrah yang dapat diambil dari keteladanan dan keistimewaan Fatimah Az-Zahra adalah:
1)      Dengan memahami dan meneladani Fatimah Az-Zahra, akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik
2)      Bahwa Fatimah Az-Zahra adalah majikan para wanita di dunia. Maka dari itu kita harus mengaplikasikan keteladanan Fatimah Az-Zahra dalam kehidupan sehari-hari
3)      Terhindar dari api neraka
4)      Menjadi sosok muslimah sejati
5)      Dimuliakan oleh Allah SWT.

2. UWAIS AL-QARNI
            a) Biografi Uwais Al-Qarni
                        Uwais dikenal sebagai Uwais al-Qarni karena dia tinggal di kota yang disebut "Qarn" di Yaman. Uwais al-Qarni adalah orang yang sangat saleh dan mulia. Meskipun ia fakir dan miskin, tetapi ia terkenal dan dihormati di antara semua umat Islam, khususnya sufi, karena kesalehannya, praktek Zuhd (iktiyar), serta cinta yang mendalam dan kasih sayang untuk Rasulullah SAW. Dikatakan bahwa dia menghabiskan semua waktu dalam kesendirian, puasa, berjaga malam dan shalat (doa).
Uwais al-Qarni memiliki keinginan yang sangat kuat untuk melihat Nabi SAW tetapi karena ibunya yang sudah sangat tua dan dia membutuhkan perawatan dan perhatian terus-menerus membuatnya tidak bisa mengunjungi Nabi SAW. Nama Uwais al-Qarni masuk daftar Sahabat hanya karena niat yang kuat untuk melihat dan berjumpa Nabi SAW.
Seorang Sahabat bertanya kepada Nabi SAW: "Apakah Sayidina Uwais al-Qarni pernah mengunjungi Anda?” Nabi pun menjawab: "Tidak, dia tidak pernah melihat aku secara fisik, tetapi secara rohani ia bertemu denganku”
Ketika Sayidina Uwais al-Qarni menerima kabar bahwa Rasulullah SAW., telah kehilangan gigi dalam perang "Uhud", Sayidina Uwais al-Qarni mencabut salah satu giginya sendiri (karena cintanya terhadap Rasulullah SAW). Ia lantas berpikir bahwa mencabut satu gigi tidak lah tepat, dia tidak tahu persis berapa gigi Rasulullah SAW. yang hilang, dan karena dia mencintai Rasulullah SAW lebih dari dia mencintai dirinya sendiri, dia mecabut semua giginya untuk memastikan bahwa ia telah kehilangan gigi yang sama seperti Nabi Muhammad SAW.
Di hari-hari terakhirnya, Rasulullah SAW meminta Sayidina Umar dan Sayidina Ali untuk mengambil Jubah Mubarak untuk Sayidina Uwais dan memintanya untuk berdoa untuk pengampunan pengikutnya ( umat muslim). Alasan ini adalah untuk menunjukkan kedudukan yang sangat tinggi dari Sayidina Uwais. Sayidina Umar dan Sayidina Ali bertanya kepada masyarakat tentang suatu daerah yang bernama Qarn. Satu orang datang dan memberitahu mereka bagaimana menemukan tempat itu. Mereka berangkat ke Qarn. Ketika mereka tiba, mereka meminta orang-orang memberitahukan di mana Uwais itu. Penduduk desa memberitahu mereka, namun mereka sangat terkejut ketika ditunjukkan oleh penggembala unta yang tidak diketahui. Ketika Sayidina Umar dan Sayidina Ali sampai padanya, mereka melihat Sayidina Uwais sedang melantunkan doa-doanya. Saat ia selesai shalat, ia berkata, "Ini adalah pertama kalinya ada orang yang melihat aku berdoa.” Kedua sahabat ini lalu menyampaikan salam dari baginda Rasulullah SAW dan menyampaikan pesan dari Rasulullah SAW kepada Uwais untuk berdoa untuk pengampunan umat muslim
Setelah beberapa saat dia berkata, "Allah telah mengampuni pengikut Muhammad SAW yang telah gugur sebanyak dari bulu domba dari suku-suku Rabia dan Mazhar.” Lantas mereka bertanya kepada Sayidina Uwais, "Jika kamu sangat mencintai Muhammad, mengapa kamu tidak mengunjungi beliau selama hidupnya?" Sayyidina Uwais tidak menjawab, tapi bertanya “apakah mereka (ummat Muhammad SAW) mengambil bagian rampasan dalam pertempuran Uhud? Dan jika demikian, sebab itulah gigi Muhammad SAW tersesat di situ?“ Sayidina Umar sangat terkesan dengan kesederhanaan Uwais al-Qarni dan meminta Sayidina Uwais untuk berdoa baginya. Sayidina Uwais menjawab, "Aku berdoa untuk pengampunan semua orang pada akhir setiap doa, Jika Anda menjaga iman Anda kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad, Anda akan menerima doa saya dalam kuburan Anda.."
Syaikh Farid Al-Din Attar mengatakan : "selama hidupnya di dunia ini, ia (Uwais) bersembunyi dari semua dalam rangka untuk mengabdikan dirinya untuk ibadah dan ketaatan" Attar juga menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah menyatakan pada saat kematiannya bahwa jubahnya harus diberikan kepada Uwais, seorang pria yang belum pernah bertemu dengannya. Ketika Umar r.a mencari Uwais selama tinggal di Kufah, ia bertanya tentang orang yang berasal dari Qarn itu dan mereka pun menjawab "ada satu orang seperti itu, tapi dia adalah orang gila, orang bodoh yang karena kegilaannya tidak tinggal di antara orang-orang sebangsanya (...) Dia tidak berbaur dengan siapa pun dan tidak makan atau minum apa pun seperti yang lain minum dan makan. Dia tidak tahu kesedihan atau sukacita;. ketika orang lain tertawa, dia menangis, dan ketika mereka menangis, dia tertawa "

Rasulullah SAW menyatakan: "Saya bisa mencium bau keindahan syurga dari tanah Yaman '". Pernyataan ini adalah referensi langsung tentang kebesaran spiritual Sayidina Uwais. Nabi SAW juga mengatakan: "Saya merasakan angin sejuk penuh rahmat dari Yaman". Mengenai hadits Rasulullah SAW, beliau berkata: "Banyak orang akan masuk surga melalui perantaraan seorang laki-laki tertentu dari golonganku yaitu dari orang-orang dalam suku Rabi'ah dan Muhdar," Al-Hasan Al- Basri mengatakan: "Itu Uwais al-Qarni."
Sayidina Umar r.a mengutip Nabi SAW yang mengatakan "Hai Umar! Akan tiba seorang dari Yaman yang namanya Uwais dan dia memiliki tanda-tanda kusta di tubuhnya, ia merawat ibunya yang tua dan lemah.! Jika untuk apa pun, ia mengambil sumpah dalam nama Allah, Allah akan memenuhi sumpahnya Jika Anda dapat meminta darinya doa untuk pengampunan Anda sendiri, maka Anda harus melakukannya.. "

b) Keistimewaan dan Keteladanan Uwais Al-Qarni
1)      Walaupun beliau tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW, tetapi rohaninya selalu berhubungan.
2)      Pada hari kiamat nanti, dimana semua manusia akan dibangkitkan kembali, Uwais Al Qarni akan memberikan syafa'at kepada sejumlah manusia sebanyak domba yang dimiliki Rabi'ah dan Mundhar, demikian yang disabdakan Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab.
3)      Beliau adalah seorang sufi yang amat sederhana, takut dan ta'at pada Allah SWT, ta'at pada Rasulullah SAW dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al Quran.
4)      Setiap hari beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana.
5)      Beliau selalu bersama Allah SWT dan orang-orang yang lemah. Beliau dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang lemah dan membuat dirinya seperti mereka sebagaimana yang pernah diamalkan Rasulullah SAW.

c) Ibrah yang dapat di ambil dari Uwais Al-Qarni
            Ibrah yang dapat diambil dari Uwais al-Qarni di antaranya:
·         Menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih baik
·         Menjadikan kita sadar bahwa kekayaan tidak lebih penting dari ketakwaan kita kepada Allah SWT
·         Membuat kita lebih menyayangi orang tua



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
·         Fatimah Az-Zahra merupakan putri keempat Rasulullah SAW. yang derajatnya paling tinggi diantara anak wanita yang lain
·         Fatimah Az-Zahra adalah majikan dari wanita di dunia, beliau juga sebaik-baiknya ahli surga karena ketaatannya pada orang tua dan kesetiaannya pada suami
·         Uwais Al-Qarni merupakan seorang fakir miskin yang tinggal bersama ibunya yang sudah sangat tua, lemah dan tuna netra
·         Uwais Al-Qarni tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW. secara fisik, tetapi secara rohaniah sudah. Itulah yang membuat Uwais Al-Qarni dijadikan sahabat oleh Rasulullah SAW.
B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat penulis perlukan.

Komentar