KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, marilah kita panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kisah Fatimah Az-Zahra dan Kisah Uwais Al-Qarni” dalam rangka
memenuhi tugas Aqidah Akhlak ini.
Makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Ibu Idawati, S.Ag, MM. selaku guru pembimbing mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Ibu Idawati, S.Ag, MM. selaku guru pembimbing mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah tentang Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta,
November 2017
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman jahiliyah banyak perempuan dipandang rendah layaknya hewan. Pada saat itu perempuan
seperti harta benda atau bagian dari kekayaan laki-laki. Bangsa Arab jahiliyah
pada saat itu menganggap perempuan sebagai aib oleh karena itu mereka
menguburkan setiap anak perempuan baik yang baru lahir maupun anak-anak perempuan
yang sedang dalam masa pertumbuhan. Selain itu, para remaja maupun perempuan dewasa dijadikan budak, diperjual belikan demi kepentingan
materi dan syahwat laki-laki.
Keadaan
tersebut membuat Rasulullah Muhammad SAW bertindak, sehingga status dan derajat
kaum perempuan sama halnya seperti laki-laki. Sampai pada akhirnya muncullah
sosok perempuan yang tangguh, seperti Siti Khadijah, Siti Aisyah, Fatimah
Az-Zahra, dan yang lainnya.
Dalam makalah ini penyusun akan membahas sosok perempuan yang menjadi salah
satu tokoh perempuan yang sangat berpengaruh bagi Islam yakni Fatimah Az-Zahra. Selain itu,
makalah ini juga akan membahas tentang sosok pemuda pada zaman Rasulullah saw.
dari negeri Yaman yang tinggal bersama ibunya yang tuna netra. Pemuda ini
adalah orang yang fakir dan sangat miskin. Tetapi ia terkenal
sebagai anak yang sangat taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Pemuda itu
bernama Uwais Al-Qarni.
B. Rumusan
Masalah
1.
Siapa
Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni?
2.
Apa
keistimewaan dari kedua tokoh Islam tersebut?
3.
Apa
ibrah yang dapat di ambil dari keistimewaan kedua tokoh tersebut?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
siapa Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni secara mendalam
2.
Mengetahui
dan memahami keistimewaan dari Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni
3.
Mengambil
ibrah dari keistimewaan Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni
4.
Meneladani
sikap Fatimah Az-Zahra dan Uwais Al-Qarni dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
FATIMAH AZ-ZAHRA
a)
Biografi Fatimah Az-Zahra
Siti Fatimah binti Muhammad lahir pada 20 Jumadi
al-Tsani yang merupakan putri keempat Nabi Muhammad dan ibunya Khadijah binti
Khuwalid. Kelahirannya disambut sangat gembira oleh Rasulullah karena dia lahir
pada saat tahun ke lima sebelum diangkat menjadi Rasul.
Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Siti
Fathimah merupakan yang paling utama kedudukannya. Kemuliaannya itu diperoleh
sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaimana yang
diucapkan oleh Siti Khadijah:
"Pada waktu
kelahiran Fartimah, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku, untuk
menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah
mengkhianati mereka dengan mendukung Muhammad SAW. Sejenak aku bingung dan
terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal,
dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati
aku dalam kecemasan salah seorang dari mereka menyapaku: "Wahai Khadijah!
Aku adalah Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam,
Ibunda Isa; Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, saudara perempuan Musa.
Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika
anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di
sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah
lahir."
Saat Siti Fatimah r.a menginjak usia 5 tahun, Ibunya
wafat. Sehingga beliau mengantikan posisi ibunya dalam melayani, membantu dan
membela Rasulullah SAW., sehingga beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang masih
kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan pada berbagai macam ujian. Beliau
melihat dan meyaksikan perlakuan keji kaum kafir Qurays kepada ayahandanya,
sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata karena melihat penderitaan
yang dialami ayahnya.
Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah, Siti
Fatimah r.a ikut berhijrah bersama ayahnya. Selang beberapa tahun setelah
hijrah tepatnya pada hari Jum’at, 1 dzulhijjah tahun 2 Hijriah, Siti Fatimah
r.a menikah dengan Ali bin Abi Thalib.
Dari
pernikahannya, Siti Fatimah r.a dan Ali bin Abi Thalib dikaruniai dua orang
putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka
semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan pemurah hati.
Siti Fathimah r.a bukan hanya seorang anak yang
paling berbakti pada ayahnya, tapi juga seorang istri yang setia mendampingi
suaminya disegala keadaan serta sebagai pendidik terbaik karena telah berhasil
mendidik anak-anaknya.
Masa-masa indah bagi Siti Fatimah r.a adalah ketika
hidup bersama Rasulullah s.a.w. Siti Fatimah r.a mempunyai tempat agung disisi
Rasulullah sehingga digambarkan seperti berikut, Siti Aisyah berkata: "Aku tidak melihat orang yang
pembicaraannya mirip dengan Rasulullah s.a.w seperti Siti Fatimah ra. Apabila
datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut gembira lalu
didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah s.a.w datang kepadanya,
ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan Rasulullah s.a.w".
Tidak heran, jika setelah wafatnya baginda
Rasulullah SAW., Siti Fatimah r.a sangat sedih dan berduka cita, hatinya
menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan
dan tangisannya itu bukanlah semata-mata karena kehilangan Rasulullah SAW.,
tapi juga karena Siti Fatimah r.a melihat kelakukan umat yang banyak menyimpang
dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi
kehidupan mereka.
Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra
r.a setelah wafatnya Rasulullah SAW., beliau tidak pernah terlihat senyum
apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah
pertama dan kedua terjadi perselisihan. Kehidupan Siti Fathimah r.a, wanita
agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan,
pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan
yang ramah dan lembut.
Siti Fathimah r.a hanya hidup tidak lebih dari 75
hari setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijrah
wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia yag
relatif muda yaitu 18 tahun.
Namun
sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as yang isinya:
1)Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.
2)Mereka
yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
3)Jenazahku
harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.
b)
Keistimewaan Fatimah Az-Zahra
1. Sayidah
Fatimah dinikahkan dengan Sayidina Ali bin Abi Thalib berdasarkan wahyu. Diriwayatkan dari Sayidina Ali Bin
Abi Thalib, Rasulullah SAW. bersabda:
أتاني ملك
فقال: يا محمد إن الله تعالى يقرأ عليك السلام ويقول لك: إني قد زوجت ابنتك فاطمة
من علي بن أبي طالب في الملأ الأعلى فزوجها منه في الأرض
Artinya: Malaikat Jibril datang kepadaku dan berkata:
"Ya Muhammad! Sesungguhnya Allah mengucapkan salam kepadamu, dan Dia
berfirman kepadamu: 'Sesungguhnya Aku telah menikahkan putrimu, Fatimah dengan
Ali bin Abi Thalib dihadapan para malaikat, Maka nikahkanlah Fatimah dengan Ali
di bumi!".
2. Sayidah Fatimah tidak pernah haid dan
pada saat melahirkan nifasnya hanya sebentar. Maka dari itu beliau mendapat
gelar Az-Zahra. Dalam
kitab fataawa adz-Dzahiriyyah di kalangan Hanafiyyah disebutkan bahwa:
"Sesungguhnya Fatimah tidak pernah mengalami haid sama sekali, saat beliau melahirkan pun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat agar tiada terlewatkan salat baginya, karenanya beliau diberi julukan Az-Zahra".
"Sesungguhnya Fatimah tidak pernah mengalami haid sama sekali, saat beliau melahirkan pun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat agar tiada terlewatkan salat baginya, karenanya beliau diberi julukan Az-Zahra".
3. Sayyidina
Ali dilarang menikahi wanita lain, sementara sayidah Fatimah belum diceraikan
atau masih hidup.
Rasulullah SAW. bersabda:
إن بني هشام
بن المغيرة استأذنوني في أن ينكحوا ابنتهم علي بن أبي طالب، فلا آذن، ثم لا آذن،
ثم لا آذن، إلا أن يحب علي أن يطلق ابنتي وينكح ابنتهم
"Sesungguhnya
Bani Hisyam bin Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan anak-anak
perempuan mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Maka aku tidak memberi izin,
kemudian tidak memberi izin dan tidak memberi izin, kecuali Ali menceraikan
putriku dan menikahi mereka"
4. Sayidah
Fatimah adalah potongan daging Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:
إنما فاطمة بضعة مني يريبني ما رابها
ويؤذيني ما آذاها
"Sesungguhnya
Fatimah adalah potongan dagingku. Apa yang membuatnya gelisah membuatku gelisah
pula, dan apa yang membuatnya sakit, juga membuatku sakit".
5. Sayyidah
Fatimah adalah anggota keluarga yang paling dulu bertemu Rasulullah SAW.
عن السيدة عائشة أن النبي سارها
فسألتها عائشة فقالت: إنه كان حدثني أن جبريل كان يعارضه بالقرآن كل عام مرة وإنه
عارضه به في العام مرتين ولا أراني إلا حضر أجلي وإنك أول أهلي لحوقا بي
"Diriwayatkan
dari sayidah Aisyah bahwa Rasulullah berbisik kepada Fatimah. Lalu Aisyah
bertanya. Kemudia Fatimah menjawab: Rasulullah bercerita kepadaku bahwa
malaikat Jibril menyimak al-Quran yang dibacakan Rasulullah setiap tahun sekali.
Dan sesungguhnya Malaikat Jibril menyimak bacaan al-Quran dalam satu tahun dua
kali. Aku (Rasulullah) tidak dperlihatkan (hal itu), kecuali akan datang
ajalku. Dan sesungguhnya kami adalah keluargaku yang paling dulu bertemu
denganku".
(HR. Muslim)
6. Sayidah
Fatimah adalah majikan para wanita dunia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari
Aisyah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
يَا
فَاطِمَةُ أَلاَ تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُونِى سَيِّدَةَ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ
"Adakah
kamu tidak rela jika engkau menjadi majikan wanita-wanita mukmin".
7. Diharamkannya
anak cucu Sayyidah Fatimah dari api neraka. Al-Hakim meriwayatkan hadits dari
Abdullah bin Mas'ud:
إن فاطمة أحصنت فرجها فحرم الله
ذريتها على النار.
"Sesungguhnya
Fatimah telah menjaga farjinya. Maka Allah mengharamkan anak-cucunya dari api
neraka".
8. Sayyidah
Fatimah adalah sebaik-baik wanita ahli surga. An-Nasa'i meriwayatkan hadits dari
Ibnu Abbas:
أفضل نساء أهل الجنة خديجة بنت خويلد
وفاطمة بنت محمد صلى الله عليه و سلم ومريم بنت عمران وآسية بنت مزاحم امرأة فرعون
.
“Seutama-utama
perempuan ahli surga adalah : Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad,
Maryam binti Imran dan Asiyah binti Mazahim, isteri Firaun. “
c)
Ibrah yang dapat di ambil dari Fatimah Az-Zahra
Kita
sebagai umat Muslim,terutama muslimah,ada baiknya untuk meneladani Fatimah
Az-Zahra. Ibrah yang dapat diambil dari keteladanan dan keistimewaan Fatimah
Az-Zahra adalah:
1)
Dengan
memahami dan meneladani Fatimah Az-Zahra, akan membuat kita menjadi pribadi
yang lebih baik
2)
Bahwa
Fatimah Az-Zahra adalah majikan para wanita di dunia. Maka dari itu kita harus
mengaplikasikan keteladanan Fatimah Az-Zahra dalam kehidupan sehari-hari
3)
Terhindar
dari api neraka
4)
Menjadi
sosok muslimah sejati
5)
Dimuliakan
oleh Allah SWT.
2.
UWAIS AL-QARNI
a) Biografi Uwais Al-Qarni
Uwais dikenal sebagai Uwais al-Qarni karena dia tinggal di
kota yang disebut "Qarn" di Yaman. Uwais al-Qarni adalah orang yang
sangat saleh dan mulia. Meskipun ia fakir dan miskin, tetapi ia terkenal dan
dihormati di antara semua umat Islam, khususnya sufi, karena kesalehannya,
praktek Zuhd (iktiyar), serta cinta yang mendalam dan kasih sayang untuk
Rasulullah SAW. Dikatakan bahwa dia menghabiskan semua waktu dalam kesendirian,
puasa, berjaga malam dan shalat (doa).
Uwais
al-Qarni memiliki keinginan yang sangat kuat untuk melihat Nabi SAW tetapi
karena ibunya yang sudah sangat tua dan dia membutuhkan perawatan dan perhatian
terus-menerus membuatnya tidak bisa mengunjungi Nabi SAW. Nama Uwais al-Qarni masuk
daftar Sahabat hanya karena niat yang kuat untuk melihat dan berjumpa Nabi SAW.
Seorang
Sahabat bertanya kepada Nabi SAW: "Apakah
Sayidina Uwais al-Qarni pernah mengunjungi Anda?” Nabi pun menjawab: "Tidak, dia tidak pernah melihat aku
secara fisik, tetapi secara rohani ia bertemu denganku”
Ketika
Sayidina Uwais al-Qarni menerima kabar bahwa Rasulullah SAW., telah kehilangan
gigi dalam perang "Uhud", Sayidina Uwais al-Qarni mencabut salah satu
giginya sendiri (karena cintanya terhadap Rasulullah SAW). Ia lantas berpikir
bahwa mencabut satu gigi tidak lah tepat, dia tidak tahu persis berapa gigi
Rasulullah SAW. yang hilang, dan karena dia mencintai Rasulullah SAW lebih dari
dia mencintai dirinya sendiri, dia mecabut semua giginya untuk memastikan bahwa
ia telah kehilangan gigi yang sama seperti Nabi Muhammad SAW.
Di hari-hari terakhirnya, Rasulullah SAW meminta Sayidina
Umar dan Sayidina Ali untuk mengambil Jubah Mubarak untuk Sayidina Uwais dan
memintanya untuk berdoa untuk pengampunan pengikutnya ( umat muslim). Alasan
ini adalah untuk menunjukkan kedudukan yang sangat tinggi dari Sayidina Uwais.
Sayidina Umar dan Sayidina Ali bertanya kepada masyarakat tentang suatu daerah
yang bernama Qarn. Satu orang datang dan memberitahu mereka bagaimana menemukan
tempat itu. Mereka berangkat ke Qarn. Ketika mereka tiba, mereka meminta orang-orang
memberitahukan di mana Uwais itu. Penduduk desa memberitahu mereka, namun
mereka sangat terkejut ketika ditunjukkan oleh penggembala unta yang tidak
diketahui. Ketika Sayidina Umar dan Sayidina Ali sampai padanya, mereka melihat
Sayidina Uwais sedang melantunkan doa-doanya. Saat ia selesai shalat, ia
berkata, "Ini adalah pertama kalinya
ada orang yang melihat aku berdoa.” Kedua sahabat ini lalu menyampaikan
salam dari baginda Rasulullah SAW dan menyampaikan pesan dari Rasulullah SAW
kepada Uwais untuk berdoa untuk pengampunan umat muslim
Setelah beberapa saat dia berkata, "Allah telah mengampuni pengikut Muhammad SAW yang telah gugur
sebanyak dari bulu domba dari suku-suku Rabia dan Mazhar.” Lantas mereka
bertanya kepada Sayidina Uwais, "Jika
kamu sangat mencintai Muhammad, mengapa kamu tidak mengunjungi beliau selama
hidupnya?" Sayyidina Uwais tidak menjawab, tapi bertanya “apakah mereka (ummat Muhammad SAW)
mengambil bagian rampasan dalam pertempuran Uhud? Dan jika demikian, sebab
itulah gigi Muhammad SAW tersesat di situ?“ Sayidina Umar sangat terkesan
dengan kesederhanaan Uwais al-Qarni dan meminta Sayidina Uwais untuk berdoa
baginya. Sayidina Uwais menjawab, "Aku
berdoa untuk pengampunan semua orang pada akhir setiap doa, Jika Anda menjaga
iman Anda kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad, Anda akan menerima doa saya
dalam kuburan Anda.."
Syaikh Farid Al-Din Attar mengatakan : "selama hidupnya di dunia ini, ia (Uwais)
bersembunyi dari semua dalam rangka untuk mengabdikan dirinya untuk ibadah dan
ketaatan" Attar juga menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah menyatakan
pada saat kematiannya bahwa jubahnya harus diberikan kepada Uwais, seorang pria
yang belum pernah bertemu dengannya. Ketika Umar r.a mencari Uwais selama
tinggal di Kufah, ia bertanya tentang orang yang berasal dari Qarn itu dan
mereka pun menjawab "ada satu orang
seperti itu, tapi dia adalah orang gila, orang bodoh yang karena kegilaannya
tidak tinggal di antara orang-orang sebangsanya (...) Dia tidak berbaur dengan
siapa pun dan tidak makan atau minum apa pun seperti yang lain minum dan makan.
Dia tidak tahu kesedihan atau sukacita;. ketika orang lain tertawa, dia
menangis, dan ketika mereka menangis, dia tertawa "
Rasulullah SAW menyatakan: "Saya bisa mencium bau keindahan syurga dari tanah Yaman '".
Pernyataan ini adalah referensi langsung tentang kebesaran spiritual Sayidina Uwais.
Nabi SAW juga mengatakan: "Saya
merasakan angin sejuk penuh rahmat dari Yaman". Mengenai hadits Rasulullah
SAW, beliau berkata: "Banyak orang
akan masuk surga melalui perantaraan seorang laki-laki tertentu dari golonganku
yaitu dari orang-orang dalam suku Rabi'ah dan Muhdar," Al-Hasan Al-
Basri mengatakan: "Itu Uwais al-Qarni."
Sayidina Umar r.a mengutip Nabi SAW yang mengatakan "Hai Umar! Akan tiba seorang dari Yaman
yang namanya Uwais dan dia memiliki tanda-tanda kusta di tubuhnya, ia merawat
ibunya yang tua dan lemah.! Jika untuk apa pun, ia mengambil sumpah dalam nama
Allah, Allah akan memenuhi sumpahnya Jika Anda dapat meminta darinya doa untuk
pengampunan Anda sendiri, maka Anda harus melakukannya.. "
b) Keistimewaan dan Keteladanan Uwais Al-Qarni
1) Walaupun
beliau tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW, tetapi rohaninya selalu
berhubungan.
2) Pada hari
kiamat nanti, dimana semua manusia akan dibangkitkan kembali, Uwais Al Qarni
akan memberikan syafa'at kepada sejumlah manusia sebanyak domba yang dimiliki
Rabi'ah dan Mundhar, demikian yang disabdakan Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi
Thalib dan Umar bin Khattab.
3) Beliau adalah
seorang sufi yang amat sederhana, takut dan ta'at pada Allah SWT, ta'at pada
Rasulullah SAW dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat
bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu
membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al Quran.
4) Setiap hari
beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada
tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana.
5) Beliau selalu
bersama Allah SWT dan orang-orang yang lemah. Beliau dapat merasakan
penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang lemah dan membuat dirinya
seperti mereka sebagaimana yang pernah diamalkan Rasulullah SAW.
c) Ibrah yang dapat di ambil dari Uwais Al-Qarni
Ibrah
yang dapat diambil dari Uwais al-Qarni di antaranya:
·
Menjadikan
kita sebagai pribadi yang lebih baik
·
Menjadikan
kita sadar bahwa kekayaan tidak lebih penting dari ketakwaan kita kepada Allah
SWT
·
Membuat
kita lebih menyayangi orang tua
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Fatimah
Az-Zahra merupakan putri keempat Rasulullah SAW. yang derajatnya paling tinggi
diantara anak wanita yang lain
·
Fatimah
Az-Zahra adalah majikan dari wanita di dunia, beliau juga sebaik-baiknya ahli
surga karena ketaatannya pada orang tua dan kesetiaannya pada suami
·
Uwais
Al-Qarni merupakan seorang fakir miskin yang tinggal bersama ibunya yang sudah
sangat tua, lemah dan tuna netra
·
Uwais
Al-Qarni tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW. secara fisik, tetapi
secara rohaniah sudah. Itulah yang membuat Uwais Al-Qarni dijadikan sahabat
oleh Rasulullah SAW.
B. Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu,
kritik dan saran sangat penulis perlukan.
Komentar
Posting Komentar